BEIJING, iNews.id - China baru saja menyetujui pembangunan dua proyek pembangkit listrik bertenaga nuklir baru. Hal tersebut menjadi pengembangan proyek tenaga nuklir pertama setelah lebih dari satu tahun, di tengah fokus baru pemerintahan Negeri Tirai Bambu itu pada keamanan energi.
China sendiri masih sangat bergantung pada energi dari batu bara dan bahan bakar fosil lainnya. Seiring hal tersebut, Dewan Negara China menekankan perlunya mengembangkan berbagai sumber energi dalam laporan kerja tahunannya pada Mei lalu. Salah satunya adalah dengan mengembangkan fasilitas tenaga nuklir canggih secara aman.
"Keamanan energi jelas menjadi perhatian yang lebih besar. Hubungan yang memburuk dengan Amerika Serikat (AS) telah meningkatkan kekhawatiran kita tentang ketergantungan impor energi. Hal itu juga diperparah dengan pandemi Covid-19 yang menekankan macetnya infrastruktur domestik terkait dengan distribusi dan penyimpanan," ujar Direktur Program Energi China di Institut Oxford, Michal Meidan dikutip dari South China Morning Post pada Senin (7/9/2020).
Pengembangan sektor nuklir pada dua proyek baru tersebut sudah mulai memasuki tahap pengembangan awal. Berlokasi di pabrik wilayah Changjiang di provinsi Hainan dan pabrik baru di Sanao di Zhejiang dengan biaya gabungan sekitar 70 miliar yuan (Rp147,5 triliun) dan telah disetujui oleh Dewan Negara.
Sejauh ini pembangkit nuklir China memiliki kapasitas sekitar 42,8 gigawatt (GW), menjadi yang tertinggi ketiga di dunia sejak Maret 2019 menurut Asosiasi Nuklir Dunia. Begitu semua reaktor yang saat ini sedang dibangun mulai beroperasi, maka akan melampaui AS dengan mencapai kapasitas lebih dari 108 GW.
Untuk menghasilkan listrik yang cukup demi memenuhi kebutuhan penduduk, China saat ini bergantung pada minyak, gas dan batu bara. Jumlah impornya meningkat tahun lalu, yang telah melampaui AS sebagai importir minyak terbesar dunia pada 2017 sedangkan impor tahun lalu naik sebesar 9,5 persen.
Penasihat energi senior untuk kantor Dewan Pertahanan Sumber Daya Alam Beijing, Yang Fuqiang mengatakan, prioritas dalam kebijakan energi China adalah mengembangkan sumber yang bersih, efisien dan rendah karbon. “Energi dari batu bara menyumbang 57,7 persen dari penggunaan energi China tahun lalu, kita berharap angka itu akan terus turun di bawah 50 persen pada akhir 2025,” kata Yang.