Meskipun Wall Street sebagian besar mengabaikan perang tersebut, Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) pada hari Rabu memperingatkan konsekuensi yang mengerikan bagi perekonomian Palestina yang sudah tertatih-tatih, mengacu pada Gaza dan Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur.
“Sangat sulit untuk membuat penilaian yang tepat (terhadap kerusakan), tetapi kerugiannya akan mencapai puluhan miliar dolar,” ucap Direktur Divisi Strategi Globalisasi dan Pembangunan UNCTAD, Richard Kozul-Wright.
“Lingkaran setan kehancuran dan rekonstruksi parsial harus diputus dengan merundingkan solusi damai berdasarkan hukum internasional,” tuturnya.
Produk domestik bruto perekonomian Palestina tumbuh sebesar 3,9 persen pada tahun 2022. Namun menurut laporan tersebut, angka ini masih jauh di bawah tingkat sebelum pandemi, yang menyoroti tantangan yang terus-menerus termasuk kemiskinan endemik dan menurunnya bantuan luar negeri.
Setelah memperhitungkan inflasi, PDB di Gaza mendekati level terendah sejak tahun 1994.
“Tinggal di Gaza pada tahun 2022 berarti terkurung di salah satu ruang terpadat di dunia, tanpa listrik separuh waktu, dan tanpa akses yang memadai terhadap air bersih atau sistem pembuangan limbah yang layak,” kata UNCTAD dalam sebuah pernyataan.