JAKARTA, iNews.id - Pemerintah maupun sejumlah ekonom telah memprediksi Indonesia akan mengalami resesi ekonomi pada kuartal III 2020. Artinya, ekonomi Indonesia pada kuartal III akan kembali negatif setelah kuartal sebelumnya juga minus 5,32 persen.
VP Economist Bank Permata Josua Pardede mengatakan, ada beberapa hal yang akan terjadi jika suatu negara mengalami resesi ekonomi. Selain, ekonomi yang negatif, lapangan pekerjaan juga sulit tercipta.
"Penciptaan lapangan pekerjaan makin sulit sehingga terindikasi adanya peningkatan dari rasio tingkat pengangguran. Dengan adanya peningkatan pengangguran maka ada dampak pada penurunan pendapatan masyarakat secara per kapita," ujar Josua dalam acara Market Review IDX Channel, Jumat (25/9/2020).
Josua menambahkan, adanya penurunan pendapatan masyarakat menyebabkan daya beli jatuh yang akhirnya juga berimbas ke sektor lain. "Permintaan terhadap barang dan jasa cenderung akan menurun," kata dia.
Dari sisi pemerintah, jika suatu negara terkena resesi, penerimaan pajak juga akan terhambat seiring dengan adanya penurunan aktivitas ekonomi. "Sehingga konsekuensinya adalah defisit fiskalnya melebar dan disaat bersamaan rasio utang atau utang cenderung akan meningkat," ucapnya.
Untuk sektor perbankan, Josua menyebut, kondisinya masih tetap kuat. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi permodalan yang trennya meningkat dan dari sisi likuiditas juga sangat lebih dari cukup.
"Itu juga ditopang oleh kebijakan-kebijakan Bank Indonesia yang merelaksasi atau pun melakukan ekspansi di operasi moneter. Tapi memang di saat bersamaan yang kita lihat adalah karena tadi aktivitas ekonomi belum cukup bergerak dengan normal tentu permintaan kredit cenderung melambat dan kita lihat fungsi intermediasi perbankan juga akhirnya tidak cukup optimal," tuturnya.