Menurut dia, pembangunan Bendungan Ciawi merupakan bagian dari rencana induk (masterplan) pengendalian banjir Ibu Kota Jakarta. Hal ini merupakan bentuk komitmen pemerintah pusat untuk mengendalikan banjir mulai dari hulu hingga di hilir.
"Pengelolaan air merupakan urusan bersama, untuk itu harus terpadu dan sinergi antara pusat dan provinsi, kabupaten/kota beserta masyarakat. Bendungan ini merupakan kerjasama Kementerian PUPR dengan Pemprov Jabar, Kabupaten Bogor, serta dukungan masyarakat Bogor dalam rangka pengendalian banjir Sungai Ciliwung dari hulu hingga hilir di Jakarta," ujar Widiarto.
Bendungan Ciawi memiliki volume tampung total sebesar 6,05 juta m3. Kehadiran bendungan ini akan bermanfaat mereduksi banjir bagian hulu hingga 30 persen sebesar 111,75 m3 per detik. Menurut Widiarto, kontribusi Bendungan Ciawi dalam pengendalian banjir akan berdampak pada pengurangan volume air di pintu Manggarai sebesar 11,9 persen.
Saat ini, progres pembebasan lahan bendungan sudah mencapai 92 persen dengan lahan yang telah dibebaskan seluas 66,1 ha dari total kebutuhan lahan seluas 78,35. Sisa lahan yang belum bebas akan dituntaskan pada akhir Maret 2020,
Kontrak pekerjaan Bendungan Ciawi ditandatangani pada 23 November 2016 dengan kontraktor pelaksana PT Brantas Abipraya dan PT. Sacna. Pembangunannya mulai pada 2 Desember 2016 dengan biaya Rp798,7 miliar.