Dia menyebut, pihaknya juga melihat pergerakan nilai tukar dan yield yang pada saat ini yang sangat dipengaruhi faktor fundamental dengan posisi sangat kuat.
"Kalau kita lihat dari fundamental seperti indeks penjualan riil masyarakat yang mencerminkan konsumsi masyarakat mengalami pemulihan terutama pada Mei Juni ini," ujarnya.
"Kemudian Mandiri spending index, confidence masyarakat, konsumsi semen, konsumsi listrik, PMI semuannya masih dalam relatif terjaga dan ini menjadi pondasi yang cukup baik untuk memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kita di Q2 ini yang masih terjaga seperti yang terjadi di Q1," tuturnya.
KSSK, kata Sri Mulyani, juga memantau stabilitasi sistem keuangan, baik dari perbankan maupun instituasi non-bank, juga pergerakan dari kurs kemudian yield surat berharga dan saham.
"Terkait hal ini dengan adanya policy di AS yang subungnya tetap tinggi dan penurunan subung diperkirakan hanya akan terjadi sekali, maka kita juga melihat capital outflow yang terjadi akibat dari kebijakan tersebut, dan dampaknya ke perekonomian di dalam negeri," katanya.