Menurut Presiden, lambatnya proses perizinan dinilai menjadi salah satu penyebab utama calon investor lebih tertarik untuk menanamkan modalnya di luar negeri. Hal ini juga yang menyebabkan buruknya investasi dan ekspor.
"Kita kalah rebutan, kalah merebut investasi, kalah merebut pasar. Yang namanya investasi dan ekspor kita kalah dengan Singapura, dengan Malaysia? ya kalah, Thailand? ya kalah, Filipina? ya kalah, Vietnam? ya kalah. Kita tidak mau lagi ditinggal Kamboja, Laos," ujar dia.
Indonesia, kata Presiden, memiliki modal berharga karena dikenal sebagai negara tujuan investasi. Rating surat utang Indonesia misalnya sudah mendapat predikat layak investasi (investment grade) dari S&P, Moody's, dan Fitch. Survei UNTD juga menunjukkan, CEO-CEO multinasional menempatkan Indonesia di posisi keempat sebagai tempat berinvesasi paling menarik di dunia.
"Ini modal besar, dua hal tadi, ratingnya kemudian survei untuk CEO-CEO perusahaan multinasional, mengatakan Indonesia adalah nomor empat paling menarik bagi investasi,” ujar Presiden.
Pria asal Solo itu mengaku heran karena yang terjadi justru investor yang menyatakan minatnya berinvestasi, malah memutuskan tidak jadi berinvestasi. Presiden berjanji akan mengawasi masalah ini.
"Investor-investor datang, baik dalam negeri maupun dari luar datang, ingin investasi ini itu ini itu, kok enggak menetas. Ini pasti ada problemnya, apakah kecepatan perizinan kita, apakah mungkin urusan pembebasan lahan yang yang betele-tele sehingga mereka pergi, atau pelayanan kita yang tidak cepat dan tidak baik," kata dia.