“Ini umumnya berlangsung biasanya hanya berlangsung 18 bulan. Jadi langkah-langkah antisipasi untuk itu harus diberikan dengan menguatkan industri pengolahan yang berorientasi ekspor,” ucapnya.
Dikutip dari Antara, penurunan perekonomian China, sebagai mitra dagang dan investasi Indonesia, dapat mengakibatkan perlambatan ekspor Indonesia karena permintaan yang tertunda.
Sedangkan sinyalemen tapering off yang semakin kuat dari The Federal Reserve, Bank Sentral AS, bisa mengganggu aliran modal di pasar keuangan domestik. Tapering off menandakan pemulihan ekonomi telah berjalan dan inflasi mulai bergerak sehingga The Fed akan mengurangi penggelontoran stimulus melalui pembelian aset di pasar keuangan.
Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi pada 2021 dapat mencapai 3,7-4,5 persen (year on year/yoy) meskipun masih berada di masa pandemi COVID-19. APBN 2021 ditetapkan dengan belanja negara sebesar Rp2.750 triliun dan pendapatan negara sebesar Rp1.743,6 triliun.
Adapun di kuartal III-2021, pertumbuhan ekonomi melambat ke 3,51 persen (year on year/yoy) dibanding kuartal II 2021 karena dampak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Di kuartal II 2021, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 7,07 persen (yoy).