"2018 (total) 4.000-an (pasar) sudah (direvitalisasi)," kata Karyanto.
Dia mengatakan, anggaran dana Kemendag untuk merevitalisasi pasar tradisional memang telah dipangkas. Namun, untuk menalangi kekurangan dana untuk merevitaliasi pasar, Kemendag menggunakan instrumen keuangan lain agar 1.000 pasar yang diperbaiki dapat terealisasi pada 2019.
"Pasar itu dibangun oleh dua instrumen anggaran, pertama anggaran dana tugas pembantuan, dan dana alokasi khusus yang diterapkan oleh Kementerian Keuangan," kata Karyanto.
Karyanto melanjutkan, untuk mengatasi terbatasnya anggaran dalam membangun pasar tradisional, Kemendag juga menggandeng Kementerian lain, yaitu Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
"Pembangunan tidak dilakukan Kementerian Perdagangan saja, PUPR dan koperasi," kata Karyanto.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita sebelumnya memaparkan revitalisasi diperlukan untuk mengubah kesan pasar yang kumuh, kotor, dan tidak nyaman. Dengan demikian, pasar tradisional tidak kalah saing dengan pasar modern dan ritel yang mulai marak di era pasar bebas saat ini.
Terkait keterbatasan dana yang dimiliki pedagang pasar tradisional, Enggar mengatakan, sejumlah perbankan memiliki fasilitas pemberian pinjaman. Namun, kemudahan itu belum bisa dirasakan semua daerah di Indonesia. "Nah bertahap, di Jakarta dan beberapa daerah sudah mulai dan tahun depan kami inventarisir yang masuk radius untuk itu. Jadi, tingkat persaingan itu sama, biar warga banyak pilihan dan kita harus mengangkat pasar itu tidak kalah bersaing," ucap Enggar.