JAKARTA, iNews.id - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan telah terjadi perlambatan konsumsi rumah tangga yang hanya dapat tumbuh sebesar 4,97 persen pada kuartal-IV 2019. Pertumbuhan ini turun dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 5,08 persen.
Oleh sebab itu, Kepala BPS Suhariyanto mengimbau pemerintah untuk mewaspadai perlambatan konsumsi rumah tangga tersebut. Namun demikian, Suhariyanto tidak menegaskan apakah ada pelemahan daya beli masyarakat yang berimplikasi pada melambatnya konsumsi rumah tangga atau tidak.
"Konsumsi rumah tangga turun. Apakah ini ada penurunan daya beli masyarakat atau tidak? Ini perlu diwaspadai," kata Suhariyanto di Gedung BPS, Jakarta, Rabu (05/02/2020).
Melambatnya konsumsi rumah tangga tersebut juga sejalan dengan kondisi pertumbuhan ekonomi pada kuartal-IV 2019 yang sebesar 4,97 persen. Capaian ini turun dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun 2018 yang sebesar 5,17 persen.
Adapun BPS menemukan perlambatan konsumsi rumah tangga terjadi di penjualan eceran makanan, minuman, dan tembakau yang hanya tumbuh 1,52 persen. Hal ini berbeda cukup jauh bila dibandingkan dengan kuartal-IV 2018 yang mencapai 4,73 persen.
Hal ini diperparah dengan terjadinya kontraksi pada pertumbuhan penjualan wholesale sepeda motor negatif 5,60 persen dan mobil penumpang sebesar 7,24 persen. Sedangkan untuk nilai transaksi uang elektronik, kartu kredit, dan kartu debit tercatat hanya tumbuh 3,85 persen atau lebih rendah bila dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal yang sama tahun 2018 sebesar 13,81 persen.
"Banyak fenomena yang menunjukkan perlambatan konsumsi rumah tangga, meski beberapa komponen mengalami peningkatan," kata Suhariyanto.