JAKARTA, iNews.id – Pakaian batik yang dulu dikenal sebagai busana tradisional kini telah menjelma sebagai fashion modern. Orang pun berbondong-bondong menggunakan batik. Batik Syukestex, salah satu pelaku UKM bergerak di bidang manufacturing, mengaku menjadi mitra Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB KUMKM) sejak 2013.
Saat itu mereka mendapat pinjaman dana sebesar Rp1 miliar dengan jangka waktu 48 bulan. Direktur Pemasaran Syukestex, Tatu Nurhasanah mengatakan, LPDB dipilih karena menerapkan bunga rendah.
Syukestex berencana meminjam dana tampahan pada LPDB KUMKM untuk membeli mesin produkasi demi meningkatkan produk batik. Dengan begitu, Tatu berharap bisa memenuhi permintaan pasar yang sudah menjadi langganannya.
“Nanti mau beli mesin second dari Bandung, harga 1 unit kira-kira Rp1,5 miliar. Kalau baru bisa seharga Rp10 miliar, itu pun harus beli dari luar, bisa dari China, Jepang, Korea, maupun Jerman,” kata Tatu, belum lama ini.
Dia menjelaskan, selama ini batik produksi Syukestex berhasil menembus pasar mancanegara. Sebanyak 70 persen diekspor ke Tanzania, Kenya, Somalia, Senegal, Pantai Gading, Mali, Etiopia, Djibouti, Dubai, serta Jeddah, Arab Saudi. Sedangkan 30 persen sisanya menyasar pasar domestik seperti Sulawesi Selatan, Kalimantan, Sumatera, dan DKI Jakarta.