"Ini akan menolong transaksi berjalan, di samping upaya-upaya mendorong ekspor. Jadi oke memburuk sedikit triwulan I, tapi triwulan berikutnya tidak," ujar Darmin.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan I 2019 sebesar 7,0 miliar dolar AS atau 2,6 persen dari PDB.
Defisit ini lebih rendah dari triwulan sebelumnya 9,2 miliar dolar AS atau 3,6 persen terhadap PDB, namun lebih tinggi dari periode sama tahun 2018 sebesar 5,19 miliar dolar AS atau 2,01 persen dari PDB.
Neraca transaksi berjalan ini dipengaruhi oleh penurunan impor yang lebih dalam dibandingkan ekspor, sejalan dengan pengendalian impor yang dilakukan pemerintah kepada komoditas tertentu.
Transaksi modal dan finansial yang mengalami surplus pada triwulan I 2019 sebesar 10,1 miliar dolar AS ikut membantu menekan tingginya defisit neraca transaksi berjalan.
Surplus transaksi modal dan finansial ini didukung oleh masuknya aliran modal asing ke investasi langsung maupun portofolio karena persepsi positif investor kepada perekonomian Indonesia.
Meski demikian, neraca jasa masih mengalami defisit karena adanya penurunan surplus jasa perjalanan seiring dengan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang menurun sesuai pola musiman.