"Jadi meningkat produksi baik tekstil atau otomotif tapi nilai impor kita baik bahan bakunya, teknologinya semua impor sehingga tidak semuanya bisa kita nikmati kesejahteraannya," kata dia.
Menurut dia, dengan menjual produksi dari keempat sektor tersebut ke pasar internasional dapat menjadi nilai tambah dari Indonesia dibandingkan negara lainnya. Namun, jika produk dari sektor lainnya akan membuat Indonesia harus berusaha lebih agar bisa bersaing dengan produk negara lain.
"Tapi kalau tekstil yang kita bawa, Vietnam punya, Thailand punya, numpuk ini. Beradu bahan, bahan bakunya impor. Jadi yang pertama bahan bakunya itu, jadi tinggal proses hilirisasinya siapa yang lebih murah costnya. Kita costnya saja udah tinggi," ucapnya.
Namun, jika dari bahan bakunya sudah berbeda maka dipastikan produk jadinya juga akan berbeda dengan yang lain. Apalagi bahan baku dalam negeri akan jauh lebih murah ketimbang impor karena akan ditambah dengan tarif masuk dan lainnya.
"Jadi kita mendukung mengindustrialisasi itu, maka produk akhirnya itu bisa mengalahkan produk lain di pasar dunia," kata dia.
Kemudian, produk jadi yang berbeda tersebut akan semakin menarik pasar jika diiringi dengan pengemasan yang bagus juga. "Saya yakin daya saing global kita akan tinggi pertumbuhan ekonomi kita akan 7 persen, kita akan keluar dari middle income trap. Saat itu juga kita bisa melaju menjadi negara keempat di dunia kalau kita membangun sesuai dengan potensi yang kita miliki," tutur dia.