Ketika suku bunga rendah dan likuiditas melimpah, nilai mata uang cenderung melemah, yang pada gilirannya mendorong harga emas untuk naik.
3. Inflasi Global yang Persisten
Inflasi merupakan salah satu pendorong utama kenaikan harga emas. Ketika harga barang dan jasa naik, daya beli uang menurun, sehingga investor beralih ke emas sebagai lindung nilai. Di banyak negara, termasuk Amerika Serikat dan Uni Eropa, inflasi masih berada di level yang cukup tinggi akibat stimulus fiskal yang besar pasca-pandemi dan gangguan rantai pasokan global.
4. Nilai Tukar Dolar AS
Harga emas dalam negeri mengacu pada harga emas internasional yang dikonversi dari dolar AS ke dalam mata uang lokal. Oleh karena itu, pergerakan nilai tukar dolar AS sangat memengaruhi harga emas. Apabila nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah, maka harga emas lokal akan menguat atau tinggi.
Sebaliknya, jika nilai tukar rupiah menguat, maka harga emas lokal cenderung turun.
5. Aksi Profit Taking dan Sentimen Pasar
Dalam tiga hari terakhir harga emas sedang mengalami tren penurunan akibat aksi profit taking dan fokus para investor yang teralihkan ke laporan inflasi Amerika Serikat. Menurut seorang analis senior, Jim Wyckoff, saat ini harga emas sedang mengalami jeda karena aksi profit taking akibat pasar saham yang melemah.
Fluktuasi harga emas antara April hingga Mei 2025 dipengaruhi oleh kombinasi faktor geopolitik, kebijakan moneter, inflasi global, nilai tukar dolar AS, dan sentimen pasar. Bagi investor, memahami dinamika ini penting untuk membuat keputusan investasi yang tepat. M
eskipun harga emas menunjukkan volatilitas, logam mulia ini tetap menjadi pilihan utama sebagai aset lindung nilai dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global.