Menperin menambahkan, upaya menaikkan daya beli masyarakat juga menjadi sangat penting karena bisa meningkatkan kepercayaan diri dari para pelaku industri untuk ekspansi. “November dan Desember bisa dijadikan acuan apakah recovery benar-benar terjadi,” ujarnya.
Menurut Menteri Agus, turunnya PMI September ketimbang bulan sebelumnya disebabkan industri yang tadinya melakukan ekspansi menjadi bersikap wait and see dan lebih hati-hati. Hal ini dinilai dapat berpengaruh pada rencana-rencana produksi dan peningkatan utilitasnya.
Kepala Ekonom IHS Markit, Bernard Aw menuturkan, penanganan pandemi Covid-19 dan ketersediaan vaksin menjadi kunci peningkatan permintaan pada bulan-bulan berikutnya. Bernard menyebutkan, responden survei melaporkan terjadi kenaikan biaya dalam produksi, sementara perusahaan tidak memiliki ruang untuk menaikkan harga jual seiring dengan melemahnya daya beli.
Kenaikan harga terjadi pada bahan mentah seperti logam dasar, bahan kimia, plastik, dan beberapa bahan pangan, yang mendorong kenaikan biaya. "Meski demikian, perusahaan mengurangi harga jual mereka, menandai penurunan pertama pada biaya barang jadi sejak Maret 2020,” katanya.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menyatakan, kunci utama dalam upaya pemulihan ekonomi nasional adalah penanganan Covid-19. “Memang tidak mudah, tetapi jika diterapkan lagi PSBB karena kasus kembali meningkat, akan lebih mengkhawatirkan,” ujarrnya.