“Mudah-mudahan petani dapat manfaatkan asuransi ini. Harus disosialisasikan kepada masyarakat bawah,” ujarnya.
Tidak hanya padi sawah irigasi, tapi petani padi non-irigasi juga mendapat asuransi ini. Petani padi dapat memanfaatkan asuransi tersebut setiap memulai masa tanam (4 bulan), sedangkan peternak dapat menjamin hewan ternaknya dengan membayar premi setiap tahun.
Menurut Sarwo Edhy, AUTP menawarkan ganti rugi sebesar Rp 6 juta per hektar dengan besaran premi Rp180.000/ha. Petani hanya cukup membayar Rp 36.000/ha (20 persen), sedangkan pemerintah membayar Rp144.000/ha (80 persen).
Sedangkan, AUTS/K menawarkan ganti rugi sebesar Rp10 juta per ekor jika mati dan Rp7 juta per ekor jika hilang. Premi yang ditawarkan sebesar Rp200.000/ekor/tahun, di mana Rp160.000 ditanggung pemerintah dan Rp40.000 ditanggung peternak.
Saat ini Kementan telah membuka pendaftaran peserta asuransi melalui daring SIAP (Sistem Informasi Asuransi Pertanian) yang akan mempermudah petani untuk mengikuti program tersebut.