SINGAPURA, iNews.id - Ekonomi Singapura mengalami kontraksi pada kuartal III-2020 (Juli-September) sebesar 7 persen. Pertumbuhan negatif tersebut membuat resesi di negara itu berlanjut.
Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura menyebut, penyusutan Produk domestik bruto (PDB) memperkuat dampak pandemi Covid-19 terhadap ekonomi Singapura. Pada kuartal sebelumnya, ekonomi Negeri Singa itu minus masing-masing 13,3 persen (kuartal II) dan 0,3 persen (kuartal I).
Ekonomi Singapura yang sangat bergantung pada pariwisata dan perdagangan internasional terpukul keras oleh pandemi Pemerintah memperkirakan ekonomi Singapura sepanjang tahun ini anjlok 5-7 persen.
“Mengingat volatilitas seperti itu sebelumnya, angka PDB tidak terlalu buruk dibandingkan ekspektasi. Inflasi diperkirakan akan pulih secara bertahap pada 2021, memperkuat ekspektasi bahwa bank sentral mempertahankan kebijakan hingga 2021," ujar Jeff Ng, ahli strategi keuangan senior di HL Bank, dikutip dari Reuters, Rabu (14/10/2020).
Singapura bertahap mencabut kebijakan lockdown baru-baru ini agar ekonomi kembali pulih. Pemerintah perlahan membuka rute perjalanan dan pariwisata.
Bank Sentral Singapura (MAS) memastikan tidak akan mengubah kebijakan moneter yang akomodatif terhadap ekonomi.
“Karena inflasi inti diperkirakan akan tetap rendah, MAS menilai bahwa sikap kebijakan yang akomodatif akan tetap sesuai untuk beberapa waktu ke depan” kata Juru Bicara MAS.