"Pemerintah sadar penyebabnya apa karena utangnya terlalu cepat nambahnya. Kalau di APBN 2019, peningkatan utangnya sangat direm karena sudah mulai sadar. Tapi, sudah terpentok dan berjendol sakit kok baru sadar. Sadarnya sudah telat dan rupiahnya sudah memar," katanya.
Selain itu, di tengah tahun politik yang tengah berjalan, pemerintah dinilai sudah cukup konservatif mengelola anggaran di 2019. Faisal menyebut, pemerintah terlihat tak mengeluarkan bujet besar pada pesta demokrasi di tahun depan untuk menjaga keseimbangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Dan biasanya menjelang pemilu justru APBN-nya ekspansif, kan mau bagi-bagi duit jadi belanjanya harus lebih banyak. Ini di Indonesia kali ini APBN 2019 itu sangat konservatif, belanjanya dijaga, pendapatannya juga nggak dikerek naik, pajaknya. Menurut saya ini bagus artinya nggak semakin membuat kondisinya makin buruk. Jadi, pemerintah sudah sadar ini gasnya harus dikurangi," tuturnya.