Fenomena tersebut, menurut Bahlil, membuat investasi di Indonesia bergeser dari sektor manufaktur atau padat karya. Sementara sektor-sektor itu mulai menggunakan tenaga robot.
Mantan ketua umum Hipmi itu menyebut, pada 2013, setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi bisa menyerap 270.000 tenaga kerja, namun pada 2019 dengan pertumbuhan yang sama hanya menyerap 110.000 tenaga kerja.
Pemerintah, kata Bahlil, terus berupaya menyedot investasi yang membuka lapangan kerja lebih banyak, termasuk lewat pemberian insentif bagi industri padat karya. Hal ini dibarengi dengan peningkatan kualitas SDM.