BADUNG, iNews.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membeberkan berbagai langkah yang diperlukan untuk mencapai energi berkelanjutan atau net zero carbon. Salah satu yang disebutkan adalah facing out dari bahan bakar fosil atau batu bara.
"Jadi yang disebut Bu Menlu soal Deklarasi G20 itu adalah hal yang tidak mudah dicapai. Karena sebagaimana diketahui, di G20 ada negara seperti Saudi, bahkan kita mengundang Uni Emirat Arab (UEA) yang sangat kaya akan fossil fuel," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers di Nusa Dua, Bali, Rabu (16/11/2022).
Sri Mulyani menambahkan, transisi harus dilakukan secara hati-hati. Sedangkan di sisi lain, jika ingin melakukan transisi energi hijau, bukan saja masalah subsidi, tetapi juga masalah pendanaan untuk memensiunkan PLTU batu bara maupun dalam rangka investasi renewable energy atau energi terbarukan.
"Maka kalau kita lihat dari Pittsburgh pertama kali di tahun 2009, waktu itu Amerika Serikat (AS) pertama kali jadi tuan rumah, dimana mereka menyebutkan dan merasionalisasi subsidi-subsidi yang tidak targeted, dan bagaimana kita bisa meningkatkan akses energi, terutama mereka yang masih kelompok miskin dan tertinggal, dan pada saat yang sama mengurangi emisi energi," kata dia.
Itu semua, sebut dia, menjadi hal yang terus dicari keseimbangannya. Untuk energy transition mechanism (ETM) pun, Indonesia mendapatkan dukungan yang sangat kuat.
"Kita sudah desain facing out coal, kita mendapatkan pendanaan dari Climate Investment Fund 500 juta dolar AS, Just Energy Transition Partnership (JETP) ada 20 miliar dolar AS yang berasal dari berbagai sumber yang bisa digunakan atau didedikasikan dalam rangka untuk transisi energi. Ini semua satu paket," ucap Sri Mulyani.