"Penerimaan perpajakan yang terkontraksi 9,4 persen terdiri dari penerimaan pajak Rp531,7 triliun, turun 12 persen serta penerimaan kepabeanan dan cukai Rp93,2 triliun, naik 8,8 persen," katanya.
Sementara itu PNBP yang turut terkontraksi 11,8 persen terdiri dari PNBP SDA Rp54,5 triliun, turun 22,9 persen dan PNBP Non-SDA Rp130 triliun, minus 6,1 persen.
Meski realisasi pendapatan negara masih seret, belanja negara justru tumbuh 3,3 persen menjadi Rp1.068,9 triliun, yang terdiri dari belanja pemerintah pusat Rp668,5 triliun, naik 6 persen dan belanja transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) Rp400,4 triliun, tumbuh 0,8 persen. Belanja negara terdiri dari belanja pemerintah pusat Rp668,5 triliun, tumbuh 6 persen.
"Tingginya belanja pemerintah pusat sebagai dampak dari belanja penanganan Covid-19," ujar dia.
Belanja pemerintah pusat terdiri dari belanja kementerian/lembaga (K/L) Rp350,4 triliun, naik 2,4 persen dan belanja non-K/L Rp318,1 triliun, tumbuh 10,3 persen. Untuk menutupi defisit yang melebar cukup besar pada paruh pertama tahun ini, realisasi pembiayaan anggaran telah mencapai Rp 416,2 triliun, tumbuh 136 persen dari realisasi periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp176,3 triliun.