Sementara itu, The Fed menaikkan suku bunga dalam upaya untuk menstabilkan harga. Namun kenaikan suku bunga yang tajam sejak tahun lalu telah menyebabkan ketegangan pada sistem perbankan.
Dua bank AS, Silicon Valley Bank dan Signature Bank bangkrut bulan ini. Kejatuhan dua bank tersebut sebagian karena masalah yang disebabkan oleh suku bunga yang lebih tinggi.
Ada kekhawatiran tentang nilai obligasi yang dipegang oleh bank karena kenaikan suku bunga dapat membuat obligasi tersebut menjadi kurang berharga. Bank cenderung memiliki portofolio obligasi yang besar dan sebagai akibatnya berada pada potensi kerugian yang signifikan. Turunnya nilai obligasi yang dimiliki oleh bank belum tentu menjadi masalah kecuali mereka terpaksa menjualnya.
Powell mengatakan, The Fed tetap fokus pada upaya meredakan inflasi. Dia menggambarkan Silicon Valley Bank sebagai outlier dalam sistem keuangan yang kuat. Namun dia mengakui bahwa gejolak baru-baru ini kemungkinan besar akan menyeret pertumbuhan, dengan dampak penuhnya masih belum jelas.
Sementara pihak berwenang di seluruh dunia mengatakan, mereka tidak berpikir kegagalan perbankan mengancam stabilitas keuangan yang meluas dan perlu mengalihkan perhatian dari upaya untuk mengendalikan inflasi.
Pekan lalu, Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga utamanya sebesar 0,5 persen. Sedangkan Bank of England akan membuat mengumumkan suku bunga sendiri pada Kamis waktu setempat, sehari setelah data menunjukkan bahwa inflasi secara tak terduga melonjak pada Februari menjadi 10,4 persen.
Adapun keputusan The Fed juga melunakkan pernyataan sebelumnya yang mengatakan kenaikan suku bunga berkelanjutan akan diperlukan di bulan-bulan mendatang. Sebaliknya, The Fed mengatakan bahwa beberapa pengetatan kebijakan tambahan mungkin tepat dilakukan.
"(Pergerakan itu) menandakan dengan jelas bahwa Fed gelisah," kata Kepala ekonom di Pantheon Macroeconomics, Ian Shepherdson.