Usai insiden tersebut, Angga mengalami kejang-kejang di halaman sekolah dan dinyatakan tewas. Hasil autopsi menyebutkan, Angga mengalami patah tulang leher, penggumpalan darah di otak serta memar di bagian kiri dan kanan kepala akibat benturan benda keras.
Keluarga menyebut Angga sebagai anak yang pendiam dan tidak pernah menunjukkan perilaku nakal. Mereka menduga Angga menyimpan sendiri tekanan yang dialaminya di sekolah karena takut berbicara kepada keluarga.
Polres Grobogan saat ini tengah menyelidiki kasus tersebut. Sembilan saksi, termasuk guru dan siswa SMP Negeri 1 Geyer, telah diperiksa. Tim identifikasi juga telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan masih berkoordinasi dengan pihak medis untuk memastikan penyebab kematian.
Keluarga korban menuntut agar para pelaku perundungan diproses hukum sesuai aturan yang berlaku. Mereka berharap kasus ini menjadi pembelajaran bagi siswa lain agar tidak melakukan tindakan serupa dan menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan sehat.