Sebelumnya, ratusan orang tak dikenal menyerbu kediaman Uya Kuya pada akhir Agustus lalu. Massa yang mengamuk masuk ke dalam rumah, merusak bangunan, serta menjarah barang-barang berharga. Aksi brutal itu membuat rumah yang telah berdiri lebih dari satu dekade hancur berantakan.
Kondisi tersebut meninggalkan luka mendalam bagi Uya dan Astrid. Mereka merasa kecewa dan sedih, sebab rumah yang penuh kenangan kini hanya menyisakan coretan kebencian dan ruangan kosong. Meski demikian, keduanya tetap berusaha tegar dan berjanji akan bangkit melewati masa sulit ini.
Momen emosional itu menjadi pengingat betapa besar dampak penjarahan, bukan hanya kerugian materi, tetapi juga luka psikologis yang membekas pada keluarga. Bagi Uya, kehormatan dan keselamatan keluarga jauh lebih penting daripada harta benda yang hilang.