ACEH, iNews.id – Tragedi Tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004 tercatat sebagai salah satu bencana alam paling mematikan dalam sejarah modern. Gelombang raksasa itu muncul setelah gempa megathrust berkekuatan sekitar 9,1–9,3 magnitudo mengguncang wilayah Samudra Hindia.
Hanya dalam hitungan menit, ombak setinggi belasan meter menerjang pesisir Aceh, terutama kawasan Banda Aceh dan Aceh Besar. Dampaknya luar biasa besar. Ratusan ribu orang dinyatakan meninggal dunia dan hilang, sementara ribuan bangunan, rumah warga, fasilitas publik, serta infrastruktur vital hancur rata dengan tanah.
Banyak keluarga kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian. Luka fisik dan trauma psikologis masih membekas kuat di kalangan para penyintas hingga bertahun-tahun setelah bencana.
Gelombang bantuan dari seluruh dunia berdatangan ke Aceh. Dukungan internasional tersebut mencakup kebutuhan darurat, pelayanan kesehatan, pemulihan ekonomi, hingga pembangunan kembali berbagai infrastruktur. Pemerintah Indonesia bersama komunitas global juga memperkuat sistem peringatan dini untuk mencegah jatuhnya korban lebih besar jika bencana serupa terjadi di masa mendatang.
Peristiwa tsunami 2004 menjadi pengingat penting mengenai risiko bencana di kawasan rawan gempa, serta urgensi kesiapsiagaan dan mitigasi untuk melindungi masyarakat dari ancaman alam.