JAKARTA, iNews.id - Kekurangan asupan asam lemak esensial DHA dapat mengganggu perkembangan otak dan kemampuan belajar pada anak. Bagaimana cara mengantisipasi masalah ini?
Pakar Gizi dan Ketua Umum Pergizipangan, Profesor Dr Hardinsyah mengemukakan, asam lemak esensial (EFA) merupakan kelompok asam lemak yang penting bagi kesehatan manusia dan harus tercukupi dari asupan makanan. DHA bersama kelompok asam lemak esensial lain memegang peranan penting terhadap perkembangan otak anak.
"Membuat miris, berdasarkan penelitian pakar gizi dari UI dan IPB, diketahui lebih dari 80 persen anak Indonesia kekurangan DHA, salah satu unsur gizi yang berpengaruh dalam pertumbuhan dan kecerdasan anak," ujarnya, dalam keterangan tertulis yang dilansir iNews.id, Jumat (22/2/2019).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, delapan dari 10 anak usia sekolah di Indonesia berusia 4-12 tahun kekurangan nutrisi otak yang diakibatkan kekurangan asupan asam lemak esesial (Essential Fatty Acid), khususnya asupan DHA dan Omega 3 dibanding angka acuan WHO.
Sementara itu, penilaian tentang efektivitas pendidikan sekolah dasar di Indonesia ternyata belum bisa memberikan hasil memuaskan. Kemampuan nalar siswa dinilai masih rendah, meski jam pelajaran SD di negeri ini lebih banyak dibanding negara lain. Fakta itu didapat sebagai Hasil Penilaian Pendidikan untuk Kebijakan yang dilaksanakan Kemendikbud, pada 14 Desember 2016.
Pakar Gizi dari IPB, Prof Ahmad Sulaeman menyebutkan, sebagai perbandingan, dalam satu tahun Indonesia memberlakukan 1.095 jam pelajaran. Sementara Korea Selatan hanya 903 jam pelajaran per tahun. Di Jepang bahkan lebih sedikit, mereka hanya memberlakukan 712 jam pelajaran per tahun. Namun, hasil penilaian pendidikan mereka berada di peringkat atas dunia.
"Sudah saatnya orang tua, keluarga dan seluruh pihak terkait memberi perhatian pada masalah kekurangan DHA anak Indonesia. Asupan makanan yang mengandung DHA dan omega 3 dibutuhkan demi masa depan mereka," kata Profesor Sulaeman.