JAKARTA, iNews.id - Gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah meningalkan luka mendalam. Lebih dari 1.200 nyawa melayang serta puluhan lainnya masih dinyatakan hilang. Belum lagi puluhan ribu unit rumah yang hancur.
Para korban selamat harus menghadapi kondisi yang sangat sulit. Di tengah kondisi yang tak karuan serta berduka akibat kehilangan sanak saudara, mereka harus tetap survive. Ada yang mencari jalan pintas dengan mengambil makanan atau barang yang bukan miliknya demi bertahan hidup.
Menurut Ketua PDSKJI Pusat, dr Eka Viora, Sp.K perubahan ini wajar terjadi pada masyarakat yang mengalami musibah. Tindakan ini merupakan reaksi normal yang terjadi pada situasi tidak normal.
"Ini adalah reaksi yang pertama, kemarahan. Pasti mereka marah tidak terima keluarganya hilang. Sekarang masyarakat sedang marah, apalagi sekarang BBM susah, listrik belum hidup, makanan terbatas, dan sebagainya. Yang diperlukan adalah dukungan sosial dan psikososial kita," kata Eka, di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Selasa (2/10/2018).
Dukungan tadi bisa dilakukan dengan mendengarkan keluh kesah mereka serta tidak memberi cap buruk kepada para korban.
Di tengah situasi tersebut, amat penting untuk melakukan stabilisasi emosi korban.
"Situasi seperti ini diperlukan pemenuhan kebutuhan dasar dan medis untuk korban. Stabilisasi emosi penting untuk mengambalikan emosi dan kondisi menjadi normal," ujar Ketua IPK Indonesia, Dr Indria Laksmi Gamayanti, M.Si., di kesempatan yang sama.