JAKARTA, iNews.id - Hukum mim dan nun bertasydid atau perlu diketahui agar dapat membaca Al Quran dengan baik, benar, dan tartil. Hukum mim sukun dan nun bertasydid adalah ghunnah.
Karena bertasydid, maka ada kalanya disebut dengan ghunnah musyaddadah. Tasydid yang ada di dalam Ghunnah Musyaddadah adalah Tasydid Ashli, bukan sebagaimana yang ada dalam Hukum Idgham Bighunnah dan Bilaghunnah.
Ghunnah musyaddadah merupakan suara nasal atau suara dengung yang ada pada nun dan mim bertasydid. Ghunnah sejatinya merupakan sifat yang terdapat pada nun dan mim.
Namun apabila kedua huruf tersebut bertasydid, maka semakin tampak jelas sifat ghunnahnya.
Seperti diberitakan iNews.id sebelumnya, pengertian Ghunnah secara bahasa adalah صوت في الخيشوم (Shautun fi al-Khaysyum) yang artinya suara di pangkal hidung.
Secara istilah, al-Shadiq Qamhawi dalam al-Burhan fi Tajwid al-Quran menjelaskan bahwa Ghunnah adalah suara dengung yang tersusun dalam bentuk huruf Nun dan Mim yang mana terletak pada kedua hurufnya.
Qamhawi dalam laman Tafsir Quran menjelaskan bahwa terdapat tingkatan kesempurnaan cara membaca Ghunnah. Yang paling sempurna adalah membaca dengan cara mendengung di pangkal hidung.
Jika belum bisa, maka boleh dibaca dengan cara Idgham. Apabila masih belum mampu, maka boleh dibaca Ikhfa.
Jika belum bisa juga, maka boleh dibaca Idhar Sukun (dibaca jelas). Dan jika masih belum mampu juga, maka boleh dibaca sebagai huruf berharakat saja.
أُو۟لَـٰۤىِٕكَ عَلَیۡهِمۡ صَلَوَ ٰتࣱ مِّن رَّبِّهِمۡ
Cara baca: Ulaa’ika ‘alaihim shalawaatum mirrabihim
فِيْ جِيْدِهَا حَبْلٌ مِّنْ مَّسَدٍ
Cara baca: Fii Jiidiha Hablum mimmasad.
تَرْمِيْهِمْ بِحِجَارَةٍ مِّنْ سِجِّيْلٍۙ
Cara baca: tarmiihim bihijaarotim mingsijjiil