JAKARTA, iNews.id - Istidraj bisa menjangkiti semua kalangan baik orang awam maupun ahli ibadah. Para ulama mengartikan Istidraj dengan azab Allah yang diberikan secara per lahan-lahan tanpa disadari manusia karena lalai dengan kenikmatan dunia yang dimilikinya.
Caranya dengan melimpahkan dan menenggelamkan manusia di dalam berbagai kesenangan dan kemewahan kehidupan duniawi, sehingga membuat manusia semakin larut di dalam kemaksiatan dan pelanggaran terhadap perintah dan larangan Allah SWT.
Istidraj ini juga bisa dimaknai sebagai jebakan berupa kenikmatan duniawi yang membuat orang lupa diri dan terus bermaksiat karena merasa tetap diberikan anugerah.
Pengertian Istidraj
Istidraj berasal dari bahasa Arab yakni dari wazan atau bentuk dasar Daraja yang artinya naik satu tingkatan.
Direktur Rumah Fiqih Indonesia, Ustaz Ahmad Sarwat dalam kajian Konsultasi Fiqih dikutip laman rumahfiqih menjelaskan, Istidraj dari Allah kepada hamba dipahami sebagai ‘hukuman’ yang diberikan sedikit demi sedikit dan tidak diberikan langsung.
Allah membiarkan orang tersebut dan tidak disegerakan adzabnya, sebagaimana disebutkan di dalam Al Quran :
سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لاَ يَعْلَمُونَ
Nanti Kami akan menghukum mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui. (QS. Al-Qalam: 44).
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan mengenai ayat tersebut bahwa mereka (orang yang diberikan kenikmatan) tidak merasakan hal itu, bahkan mereka mengira bahwa hal itu sebagai penghormatan dari Allah untuk mereka; padahal kenyataannya kebalikannya, yaitu penghinaan.