JAKARTA, iNews.id - Seorang fashion designer mestilah memiliki jiwa-jiwa kreatif dan inovatif. Apalagi di tengah era teknologi dan media sosial, di mana start up dan Usaha Kecil Menengah (UKM) berkembang, sehingga memunculkan para fashion designer baru.
Namun, sosok Lenny Agustin yang telah bergelut di dunia fashion bertahun-tahun tersebut, memberikan sejumlah tips bagi para fashion designer muda dalam bincang santai tentang buku terbarunya, “In Between Colors”. Bukunya menceritakan seluk-beluknya di dunia fashion, sekaligus berperan sebagai istri dan ibu dari tiga orang anak.
"Menjadi fashion designer itu berkarya jujur saja dulu, jangan terlalu ikuti arus. Kalau misalnya terlalu mengikuti arus, kita hanya terjebak membuat baju dengan mengikuti keinginan orang," kata Lenny saat ditemui iNews.id di acara diskusi tentang “In Between Colors”, di Lippo Mall Kemang, Jakarta Selatan, Kamis (23/11/2017).
Sebab kata Lenny, menjadi seorang fashion designer berbeda dengan seorang pebisnis di industri pakaian.
"Punya brand sendiri dengan membuat baju dan menjadi fashion designer itu bertentangan. Jika jadi fashion designer itu, harus membuat baju yang bisa menjadi tren. Kalau pemilik brand sendiri harus mengikuti keinginan pasar atau mengikuti tren," jelasnya.
Oleh sebab itu, ungkap Lenny, menjadi seorang fashion designer, bebannya lebih berat.
"Kalau inspirasi membuat baju dan melihat tren sekarang dan ke depan itu, dengan mengamati isu dan pola pikir yang berubah di masyarakat. Digabung juga dengan karakter saya sendiri," paparnya.
Tak hanya pesan demikian yang dibawa Lenny Agustin bagi para muda-mudi yang bercita-cita menjadi seorang fashion designer, ia bersama tim dari Indonesia Fashion Chamber (IFC) juga rajin mengunjungi sekolah-sekolah, terutama Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk memberikan Workshop Penyelarasan SMK Kompetensi Keahlian Tata Busana.
Salah satunya, kegiatan tersebut telah berlangsung selama 13 hingga 17 November 2017, di Hotel Griptha, Kudus, Jawa Tengah. Workshop tersebut juga ditujukan untuk 140 pendidik yang merupakan perwakilan dari SMK bidang Tata Busana di berbagai daerah Indonesia.
Program ini merupakan tindak lanjut dari workshop yang telah digelar sebelumnya, pada 16-18 November 2016, yang diikuti oleh 100 pengajar SMK Tata Busana di Indonesia.