JAKARTA, iNews.id - Saat ini banyak anak muda di Indonesia yang ingin mengenyam pendidikan di luar negeri. Bahkan sudah banyak pula yang berhasil kuliah di luar negeri, jauh dari keluarga dan kampung halaman di Tanah Air.
Sebagian besar orang berpendapat, kuliah di luar negeri tak semata tentang mendapatkan gelar, tetapi juga sebuah petualangan intelektual dan budaya. Di samping itu, pengalaman dari berbagai aspek mulai dari lingkungan perkuliahan hingga pekerjaan, menjadi hal yang sangat berbeda dengan di Indonesia.
Tidak heran bila siswa-siswi Indonesia yang berkuliah di luar negeri juga kerap diharapkan dapat kembali ke tanah air dan membantu membangun sistem kehidupan yang lebih baik. Namun, bagi pemuda asal Indonesia yang berkuliah di Universita Gronginen, Belanda, Rajendra Gibran Alvaro Ramdhan, tak setuju dengan hal tersebut.
“Membantu Indonesia gak harus bali ke Indonesia sih. Bahkan untuk sekarang, melihat bagaimana lingkungan pekerjaan di Indonesia dan di luar menurut pribadi saya, akan lebih bagus di luar negeri. Karena untuk prospek kedepannya akan lebih dibutuhkan dari orang-orang yang punya karir atau pengalaman di luar negeri,” kata Gibran dalam Podcast Aksi Nyata #DariKamuUntukIndonesia, Rabu (13/12/2023).
Memasuki semester kelima di masa studinya, Gibran juga menceritakan pengalaman pertamanya saat belajar dan tinggal di negara Belanda. “Paling culture shock itu mungkin karena tiga tahun juga dan benar-benat intens, setiap hari kamu harus bisa mengimbangi kehidupan akademis dan juga kehidupan sosial. Itu bener-bener susah sih,” ujar Gibran.
Dia kembali menuturkan bahwa orang-orang Belanda juga cukup disiplin dan menghargai waktu. Selama berkuliah di Belanda, Gibran pun kerap mendapatkan pandangan positif tentang persepsi masyarakat Indonesia terhadap orang-orang Indonesia di sana.
“Pandangan mereka itu adalah orang-orang Indonesia ramah, enak diajak ngobrol serta solidaritasnya tinggi banget,” kata Gibran.