LOS ANGELES, iNews.id – Aktris Natalie Portman mengaku pernah mengalami pelecehan seksual saat berusia 13 tahun. Ia mengungkapkan kisah menyakitkannya itu di atas panggung Women’s March, Los Angeles, Amerika Serikat.
Selain Natalie Portman, ada aktris lainnya seperti Scarlett Johansson, dan Eva Longoria yang berpartisipasi. Aksi Women's March kali ini berlangsung di beberapa wilayah Amerika Serikat (AS), seperti Los Angeles, Washington, New York, Chicago, dan 250 kota lain.
Dalam aksi ini, ratusan ribu perempuan turun ke jalan untuk melakukan demonstrasi membela hak-hak perempuan, kesetaraan gender, hak imigran, hingga menyuarakan pendapat soal kebijakan Pemerintah AS. Di acara itu, Portman bersuara terkait pelecehan seksual yang dialaminya ketika masih usia belasan tahun.
Di atas panggung Women's March 2018 di Los Angeles, ia mengisahkan tentang pengalaman pertamanya dilecehkan secara seksual usai membintangi film debutnya, Leon: The Professional.
"Saya membuka surat penggemar pertama saya, hanya untuk membaca fantasi pemerkosaan yang telah ditulis oleh seorang pria kepada saya," kata Portman, dikutip dari Vogue, Minggu (21/1/2018).
"Saya mengerti dengan sangat cepat bahwa saat berusia 13 tahun pun, saya tak bisa mengekspresikan diri secara seksual karena merasa tidak aman," ungkap Portman lagi.
Hal ini, menyebabkannya tampil lebih tertutup dan membuang kesempatan dalam meraih karier sebagai seorang aktris.
Sejak itu, ia mengaku kerap menolak peran yang memiliki adegan seksual seperti ciuman. Dari situ pula, ia menyesuaikan citranya sebagai seorang yang kutu buku dan serius agar dirinya selalu merasa aman.
"Di usia 13 tahun, saya menyadari, pesan dari budaya kita, jelas. Saya harus merasa perlu untuk menutupi tubuh saya dan menahan ekspresi, serta karier saya hanya untuk memberi kesan pada dunia bahwa saya adalah seseorang yang patut akan keselamatan dan respek," ucapnya, dikutip dari ABC News.
"Tanggapan atas pendapat saya, komentar kecil tentang tubuh saya hingga pernyataan yang disengaja lebih mengancam dan berfungsi untuk mengendalikan perilaku melalui lingkungan ‘terorisme seksual’," ucapnya.