JAKARTA, iNews.id - Pierre Andries Tendean atau Kapten Pierre Tendean dikenal sebagai Pahlawan Revolusi Indonesia yang gugur di peristiwa Gerakan 30 September (G30S) pada 1965. Di balik gugurnya dia sebagai perwira militer, ada sebuah kisah cinta yang berakhir tragis antara Pierre Tendean dan kekasihnya, Rukmini Chamim.
Rukmini Chamim adalah gadis Medan berdarah Jawa. Di antara banyaknya gadis yang mengidolakan Pierre Tendean, Rukmini lah yang akhirnya memikat hati sang perwira berdarah Prancis dan Minahasa itu.
Mengutip dari buku Sang Patriot Kisah Seorang Pahlawan Revolusi Biografi Pierre Tendean yang ditulis oleh Abie Besman dkk, Pierre Tendean dan Rukmini bertemu karena dicomblangkan oleh teman-temannya, Satrijo Wibowo dan Setijono Hadi.
Mulanya, Pierre sempat menolak untuk dicomblangkan dan dikenalkan kepada Rukmini. Gerah dengan ajakan teman-temannya, pria yang saat itu sedang dinas di Medan, akhirnya dia menerima tawaran Satrijo Wibowo dan Setijono Hadi.
Perkenalan antara Pierre dan Rukmini akhirnya terwujud. Keduanya saling mengenal satu sama lain dan Pierre pun jatuh hati kepada Rukmini yang tidak neko-neko, tegas tetapi lemah lembut dan sederhana. Tak hanya itu, keduanya juga mempunyai hobi yang sama, yaitu olahraga.
Keduanya lalu menjalin hubungan asmara. Meskipun, Pierre dan Rukmini berbeda keyakinan dan terpaut usia yang cukup jauh yakni delapan tahun. Rukmini juga dibesarkan oleh keluarga asal Yogyakarta beragama Islam yang taat. Bahkan, keluarga besar Rukmini termasuk dalam Barisan Muhammadiyah Kota Medan dan Yogyakarta.
Meski begitu, itu tidak menyurutkan cinta mereka. Saat bertemu Rukmini, Pierre bahkan yakin dan berkata kepada kakak perempuannya, Mitze Farre, bahwa dia telah menemukan jodohnya. “Mitz, aku wis ketemu jodohku. Wis yo Mitz, dongakake wae mugo-mugo kelakon (Mitz, aku sudah bertemu jodohku. Doakan saja Mitz semoga bisa tercapai),” begitu isi surat Pierre kepada sang kakak.