JAKARTA, iNews.id - Sekolah Alam Tunas Mulia Bantar Gebang adalah sekolah informal yang menampung siswa-siswi pemulung sampah yang bertempat tinggal di sekitar Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Bantar Gebang. Sekolah dengan jenjang Pendidikan mulai dari Tingkat PAUD hingga SMA ini mendapatkan pengajaran dari para tenaga sukarela sebagai guru yang mengajarkan pendidikan agama, membaca, berhitung dan beberapa mata pelajaran yang ada pada sekolah formal pada umumnya. Seperti dijelaskan oleh Juwarto, Pendiri Yayasan Sekolah Alam Tunas Mulia Bantar Gebang, “tahun ajaran 2023-2024 sekolah ini menampung 275 siswa, sebagian dari siswa-siswi menghuni asrama pondok yang disediakan satu area dengan sekolah ini".
Kepala Dinas Pendidikan Kota Bekasi, Uu Saeful Mikdar menerangkan bahwa, “Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, paling banyak ditemui pada pendidikan usia dini.serta pendidikan dasar, termasuk pendidikan kesetaraan meliputi paket A, paket B dan paket C serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), lembaga kursus,lembaga pelatihan, kelompok belajar, majelis taklim, sanggar, dan lain sebagainya, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.”
Ditambahkan oleh Juwarto, “Sekolah Alam Tunas Mulia Bantar Gebang, termasuk dalam Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), ijazah yang dikeluarkan saat lulus SMA setara dengan sekolah formal SMA yang dapat langsung dipakai melanjutkan ke perguruan tinggi untuk mengambil gelar Sarjana. Keberadaan sekolah ini di kawasan TPST Bantar Gebang terasa membantu para pemulung yang tidak mampu menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah formal karena terbentur biaya hidup. Pendidikan gratis yang disediakan oleh kami disini dimanfaatkan oleh mereka untuk menitipkan anak-anak nya mengenyam pendidikan.
Banyak pihak yang membantu kami menyediakan fasilitas memadai untuk anak-anak pemulung yang mengenyam pendidikan disini,” tutur Juwarto.
"Lahan yang luas disini dimanfaatkan juga oleh para pemberi bantuan untuk menyediakan fasilitas seperti musholla,ruang komputer dan peralatannya, perpustakaan, bahkan bantuan pondokan asrama sebagai hunian yang nyaman bagi siswa dan siswi ini. Para pemulung yang menitipkan anak-anaknya disini tidak mempunyai hunian yang layak untuk ditinggal bersama anak-anak mereka. Ruang kelas sekolah serta pondokan asrama yang disediakan oleh kami juga awal nya hanya berupa ruangan dan pondokan sederhana terbuat dari bambu, tripleks untuk menampung tidak hanya anak pemulung, namun ada juga anak yatim dan piatu, maupun kaum dhuafa yang antusias menitipkan anak – anak mereka disini demi mendapatkan pendidikan gratis,dan hunian demi mengurangi beban hidup mereka, ” lanjut Juwarto.