BOGOR, iNews.id - Indonesia Re sukses menggelar Indonesia Re Claim Forum (ICF) 2024, sebuah inisiatif strategis yang bertujuan untuk memperkuat peran profesional klaim dalam mengatasi masalah fraud dan klaim abusif di industri asuransi. Forum ini berhasil menarik perhatian para profesional klaim, termasuk Chief Operating Officers, Kepala Operasi, Kepala Klaim, Analis Klaim, dan Investigator Klaim dari berbagai perusahaan asuransi di Indonesia.
Klaim merupakan salah satu fungsi terpenting dalam bisnis asuransi, karena mencerminkan kualitas layanan perusahaan asuransi dan reasuransi dalam memberikan kecepatan, ketelitian, serta kewajaran dalam pengelolaan klaim. Indonesia Re, sebagai perusahaan reasuransi, terus berkomitmen untuk menjaga integritas dan transparansi industri dengan memperkuat kolaborasi antar stakeholder dalam menangani potensi fraud dan klaim abusif.
Dalam sambutannya, Direktur Teknik dan Operasi Indonesia Re, Delil Khairat, mengungkapkan, “Fraud adalah masalah serius dalam industri kita, tetapi di Indonesia sendiri permasalahan ini belum ditangani secara serius. Salah satunya karena belum adanya sentralisasi data. Di Indonesia belum ada satu pusat database yang dapat diakses oleh semua pelaku industri asuransi dan reasuransi. Oleh karena itu, perlu ada kolaborasi antar stakeholder untuk membangun sistem ini, agar kita dapat menangani fraud sejak dini.”
Forum ini menghadirkan berbagai sesi penting, salah satunya oleh Dr. Aditia Gani Ardhi, Kepala Departemen Klaim Reasuransi Jiwa Indonesia Re. Dalam presentasinya yang bertajuk “Building Collaborative Ecosystem Claim Professionals to Fight Fraud & Abusive Claims”, Dr. Aditia menekankan pentingnya kolaborasi antara perusahaan asuransi, reasuransi, BPJS Kesehatan, AAJI (Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia), serta Persatuan Aktuaris Indonesia (PAI) untuk mengurangi fraud dalam klaim, khususnya di sektor asuransi kesehatan.
"Fraud dalam klaim asuransi menyebabkan kerugian besar, terutama di sektor kesehatan. Untuk itu, diperlukan kolaborasi yang lebih intensif melalui transparansi data underwriting dan klaim dari seluruh perusahaan asuransi, serta pengembangan model prediksi risiko fraud," jelas Dr. Aditia. Selain itu, ia mengusulkan pembentukan pusat data integrasi antara asuransi jaminan nasional (BPJS) dan asuransi komersial yang dapat diakses oleh seluruh pihak terkait.
Dr. Aditia juga menggarisbawahi pentingnya sinergi antara asuransi dan reasuransi melalui Focus Group Discussions, Joint Claim Investigations, serta pengembangan teknologi analitik data untuk mendeteksi pola-pola mencurigakan dan meningkatkan efisiensi penanganan klaim.
Salah satu pembicara utama, dr. Medianti Ellya Permatasari, Deputi Direksi Bidang Hukum, Pencegahan dan Penanganan Kecurangan BPJS Kesehatan, menyoroti pentingnya integrasi data nasional untuk mendukung deteksi dini dan pencegahan fraud dalam sektor asuransi. “Tingkat kematian pasien yang dirawat oleh pelaku fraud dalam layanan kesehatan dapat meningkat 13% hingga 23% lebih tinggi. Oleh karena itu, pencegahan fraud dapat meningkatkan kualitas kesehatan dan umur panjang peserta jaminan kesehatan,” jelas dr. Medianti.