1 Tahun Perang Gaza, Israel Makin Terpuruk secara Militer, Politik dan Ekonomi

Anton Suhartono
Israel semakin terpuruk setelah 1 tahun perang di Gaza, Senin (7/10) (Foto: AP)

ISTANBUL, iNews.id - Israel semakin terpuruk setelah 1 tahun perang di Jalur Gaza, Senin (7/10/2024). Gaza memang porak-poranda, namun Israel selaku agresor tak kalah hancurnya, meski tidak secara fisik.

Data Kementerian Kesehatan di Gaza mengungkap, serangan Israel selama 365 hari telah membunuh setidaknya 41.870 orang yang berarti 1 dari 55 warga. Sebanyak 16.756 di antaranya adalah anak-anak dan 11.346 perempuan. Angka gabungan dari korban anak-anak dan perempuan berarti 66 persen dari total korban tewas.

Selain itu, sebanyak 97.166 orang menderita luka yang berarti 1 dari 23 warga Gaza.

Tak usah disebutkan lagi berapa banyak bangunan yang hancur, termasuk rumah sakit dan tempat-tempat pengungsian. Warga yang terpaksa meninggalkan rumah mereka yang rata dengan tanah, serta anak-anak kecil yang terpaksa hidup seorang diri karena semua saudaranya dibantai pasukan Zionis.

Perpecahan di Israel Semakin Dalam

Sementara itu di Israel, masyarakatnya mengalami keretakan yang dalam setahun perang. Ini seiring dengan meningkatnya radikalisasi, polarisasi politik, ketidakstabilan ekonomi, serta ketegangan militer.

Mantan penasihat senior pemerintah Israel, Daniel Levy, menyebut negaranya sedang mengalami kemunduran. Dia menyoroti kerapuhan yang semakin meningkat di masyarakat.

"Bukan berarti negara ini akan runtuh, tetapi menunjukkan unsur-unsur benang yang terurai, unsur-unsur kemunduran. Masyarakat yang kerapuhan dan kerentanannya terungkap, itulah yang kita lihat," katanya, dikutip dari Anadolu.

Menurut Levy, masyarakat Israel sebenarnya sudah terpolarisasi terkait isu-isu dalam negeri sebelum perang 7 Oktober. Demonstrasi memprotes kasus dugaan korupsi dan reformasi peradilan yang dilakukan Netanyahu meluas.
Namun, sejak dimulainya perang Israel di Gaza, sebagian besar warga telah bersatu dalam pendirian terhadap warga Palestina.

“Warga Israel telah menerima narasi bahwa apa yang dilakukan di Gaza pantas, sah, tak peduli apa kata orang lain. Media Israel telah memompa satu narasi ke rumah-rumah warga,” tuturnya.

Dia menambahkan, meskipun warga Israel membenarkan kebrutalan terhadap warga Palestina, mereka juga merasa semakin rapuh dan terpecah menjadi kubu-kubu yang berseberangan.

Satu faksi percaya bahwa serangan 7 Oktober adalah harga yang harus dibayar oleh Palestina serta untuk mengawali era penebusan di mana warganya harus dihancurkan, dibersihkan secara etnis, dan diusir secara permanen dari tanah mereka. 

Namun ada kelompok lain, terutama dari kalangan yang berpikiran maju, berpikir sebaliknya. Perpecahan mengenai sikap terhadap warga Palestina juga terjadi di pemerintahan.

Hal senada disampaikan Miko Peled, seorang aktivis dan penulis keturunan Israel-Amerika, Israel masih dalam keadaan kacau setelah serangan 7 Oktober 2023 yang juga menandai serangan negara Yahudi itu ke Gaza.

"Penegakan hukum kacau, sistem peradilan, badan legislatif kacau total. Pemerintah, tentara, maksud saya, ada semacam disfungsi total di semua bidang negara. Negara dalam kondisi lumpuh atau hampir lumpuh,” kata Peled, seraya menegaskan fungsi negara terdampak sangat parah.

Cucu dari Avraham Katznelson, salah satu pendiri Israel, itu juga yakin masyarakat Israel tidak pernah kohesif karena hanya disatukan oleh selotip sejak awal.

"Ada keretakan besar dalam masyarakat ini. Ini bukan masyarakat tunggal. Ini adalah sekelompok orang-orang berbeda yang secara artifisial disatukan. Jadi, keretakan telah terjadi selama beberapa dekade," ujarnya.

Dia mencontohkan demonstrasi, termasuk soal reformasi peradilan pada 2023 serta unjuk rasa besar-besaran menuntut pembebasan sandera di Gaza yang masih berlangsung sampai saat ini. Ada kelompok masyarakat Israel yang menuntut perubahan guna mempertahankan status mereka.

“Dan kita melihat pita perekat itu semakin lemah, terutama karena segmen yang memprotes sekarang adalah yang paling istimewa," tuturnya.

Dia juga mencermati dukungan yang meluas terhadap kekerasan sadis terhadap warga Palestina di kalangan masyarakat Israel. Kondisi itu justru menambah perpecahan internal.

“Keretakannya jelas, masyarakat ini terkoyak. Bahkan orang-orang dalam masyarakat yang tidak setuju saling menyebut pengkhianat dan terlibat dalam perkelahian lalu terlibat dalam perpecahan sangat dalam yang hampir tidak bisa dijembatani,” ujarnya.

Editor : Anton Suhartono
Artikel Terkait
Nasional
5 jam lalu

Said Didu: Gaya Koboi Purbaya Perintah Presiden Prabowo

Nasional
8 jam lalu

Mensos: Nama Pahlawan Nasional Baru Diumumkan sebelum 10 November 2025

Nasional
10 jam lalu

Angela Tanoesoedibjo: iNews Media Group Campus Connect akan Hadir di Berbagai Kampus

Nasional
11 jam lalu

iNews Media Group Campus Connect di Unpad Dibuka, Angela Tanoesoedibjo: Stay Kritis dan Aware!

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal