"Kami sedang duduk dan mendengar suara tembakan. Saya membawa putri saya dan kami pindah ke sudut yang aman jauh dari jendela," kata Majeda Abu Shallal, yang rumahnya mengalami kerusakan parah.
Dia mengaku mulai berdoa. Saat itulah tentara yang ada di depan rumahnya tiba-tiba mereka pergi.
Sepuluh menit kemudian rumah itu diledakkan. Padahal dia dan keluarga ada di dalam rumah.
"Kami ada di dalam tetapi mereka tidak meminta kami pergi, mereka tidak mengatakan apa-apa kepada kami. Mereka tidak memberi tahu kami," katanya.
Militer Israel tidak segera mengonfirmasi apakah rumah itu adalah laboratorium bahan peledak yang diklaim telah dihancurkan. Mereka mengatakan, salah satu penghuni rumah itu adalah seorang militan.
"Agresi berkelanjutan terhadap Kota Nablus, desa-desa dan kamp-kampnya oleh pasukan pendudukan dan pemukim ekstremis adalah kejahatan perang besar dan hukuman kolektif yang harus segera diakhiri," kata juru bicara Abbas Nabil abu Rudeineh.
Balata merupakan kamp pengungsi terbesar di Tepi Barat. Israel telah sering melakukan penggerebekan di daerah itu selama setahun terakhir, di tengah serentetan serangan jalanan Palestina yang mematikan terhadap warga Israel.