Serupa dengan kasus Deif, Hamas belum mengonfirmasi Marwan Issa, wakil komandan Brigade Al Qassam, terbunuh dalam serangan udara Israel pada Maret 2024. Informasi itu datang dari Gedung Putih.
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan Issa telah dibunuh oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dalam serangan di terowongan di bawah kamp pengungsi Nuseirat.
Issa juga dikenal sebagai shadow man dan dipandang sebagai tangan kanan Deif.
Dia masuk dalam daftar pemimpin Hamas paling dicari Israel dan terluka dalam percobaan pembunuhan pada 2006.
Israel menangkapnya selama gerakan Intifada I yang berlangsung 5 tahun.
Otoritas Palestina yang berkuasa di Tepi Barat juga pernah menangkapnya pada 1997, namun dibebaskan setelah gerakan Intifada II pada 2000.
Jet-jet tempur Israel pernah mengebom rumahnya dua kali serangan ke Gaza pada 2014 dan 2021. Serangan itu menewaskan saudara-saudaranya.
Pemimpin Hamas paling dicari Israel berikutnya adalah Khaled Meshal yang juga salah satu pendiri kelompok perlawanan tersebut. Di bawah instruksi langsung Netanyahu, Mossad berusaha membunuh Meshal pada 1997 saat tinggal di Yordania,
Agen Mossad memasuki Yordania menggunakan paspor Kanada palsu kemudian menyuntik Meshal dengan zat beracun saat berjalan-jalan. Namun otoritas Yordania sigap dan mengetahui upaya pembunuhan itu kemudian menangkap dua anggota Mossad.
Raja Hussein, penguasa Yordania, saat itu meminta PM Israel untuk memberikan penawar racun bagi zat yang disuntikkan ke Meshal. Di bawah tekanan Presiden AS saat itu, Bill Clinton, Netanyahu akhirnya memberikan penawar racun setelah awalnya menolak permintaan tersebut.
Meshal merupakan kepala biro politik Hamas di Gaza sebelum diganti oleh Haniyeh.
Hamas memilih Haniyeh untuk menggantikan Meshal pada 2017, sementara Meshal menjadi kepala biro politik Hamas di luar negeri. Namun jabatan itu diserahkan ke Haniyeh sampai dia terbunuh di Teheran pada 31 Juli.