Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memasuki wilayah Suriah di luar Dataran Tinggi Golan yang diduduki selama akhir pekan kemarin, seiring kekalahan rezim Bashar Al Assad dari pasukan oposisi.
Surat kabar AS The New York Times (NYT), mengutip dua sumber pejabat Israel, melaporkan pasukan Israel memasuki wilayah Suriah untuk pertama kali sejak Perang Yom Kippur 1973.
Alasannya mereka khawatir kelompok oposisi bersenjata Suriah akan menguasai fasilitas militer di dekat Dataran Tinggi Golan kemudian menggunakannya untuk melawan Israel.
Juru bicara militer Israel Avichai Edri juga mengeluarkan peringatan yang menyerukan penduduk di lima kota perbatasan Suriah untuk tetap berada di rumah demi keselamatan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, perjanjian dengan Suriah terkait Dataran Tinggi Golan, dicapai tak lama setelah Perang Yom Kippur 1973, tidak berlaku lagi karena militer Suriah telah menarik diri dari posisinya.
Harta kekayaan Bashar Al Assad sangat fantastis. Surat kabar Arab Saudi Elav, mengutip sumber dinas intelijen Inggris MI6, mengungkap kekayaan keluarga Assad mencapai 16 miliar dolar AS (sekitar Rp254 triliun/kurs saat ini), 5 miliar euro (Rp84 triliun), ditambah 200 ton emas.
Angka tersebut setara dengan anggaran pemerintah Suriah selama 7 tahun jika merujuk pada data hingga 2023.
Meski demikian sulit untuk memverifikasi jumlah harta kekayaan Assad sesungguhnya. Keluarga Assad diyakini menyembunyikan hartanya melalui praktik pencucian uang.
Laporan Departemen Luar Negeri AS tahun 2022 mengenai kekayaan Bashar Al Assad ditengarai sebagai data paling akurat. Data itu merupakan kekayaan gabungan Bashar Al Assad, istrinya Asma Al Assad, adik laki-lakinya Maher Assad, adik perempuannya Bushra Assad, serta sepupu, paman, dan lainnya.
Sebagian besar data yang didapat mengandalkan pada informasi sumber terbuka yang sangat besar kemungkinan tak mewakili jumlah sesungguhnya.
Kekayaan bersih keluarga Assad diyakini berada di kisaran 1 hingga 2 miliar dolar AS saja. Deplu AS mengakui laporan itu tak bisa dibuktikan secara independen.
Berbagai sumber tak yakin dengan data itu karena keluarga Assad secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam hampir semua bisnis atau perekonomian skala besar Suriah. Pengelolaan hartanya juga dilakukan secara tertutup dan disembunyikan di banyak rekening, portofolio real estate, perusahaan, serta pendapatan dari pajak lepas pantai.
Untuk menghindari deteksi dan sanksi, keluarga Assad menggunakan nama palsu dan samaran, selain menggunakan cara lain seperti atas nama perusahaan cangkang.