Menurut Basal, ada kemungkinan temuan korban lainnya karena belum semua lokasi di kamp Jabalia disisir.
“Tim kami belum merampungkan tugas di Jabalia dan terus mencari lebih banyak korban di bawah reruntuhan rumah yang hancur,” ujarnya, dikutip dari Anadolu, Sabtu (1/6/2024).
Dia menggambarkan Jabalia sebagai daerah bencana akibat operasi brutal militer Israel yang menghancurkan infrastruktur kamp, termasuk jaringan air dan listrik serta fasilitas kesehatan.
Pemerintah setempat sebelumnya mengatakan, tentara Israel menerapkan kebijakan 'bumi hangus' dalam serangan terhadap kamp pengungsi terbesar di Gaza itu. Serangan dari darat dan udaa menyebabkan kerusakan masif terhadap gedung-gedung tempat tinggal dan infrastruktur.
Israel diseret ke Mahkamah Internasional (ICJ) oleh Afrika Selatan dengan tuduhan genosida. Dalam putusan terbarunya pada pekan lalu, ICJ memerintahkan Israel untuk menghentikan operasi militer di Rafah yang juga membunuh banyak pengungsi anak-anak dan perempuan.
Serangan Israel ke Gaza sejak 7 Oktober 2023 hingga 31 Mei 2024 telah membunuh 36.284 orang, berdasarkan data Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza. Sebanyak 82.057 lainnya luka-luka. Sebagian besar korban tewas maupun luka adalah anak-anak dan perempuan.