Pasalnya hasil uji klinis menunjukkan, vaksin yang dikembangkan bersama Universitas Oxford tersebut hanya bisa memberikan perlindungan minimal terhadap virus corona varian 501Y.V2 yang sedang mewabah di Afrika Selatan. Varian ini diketahui lebih menular dari versi biasa, seperti halnya varian Inggris, B117.
Pemerintah memutuskan memulai vaksinasi terhadap petugas kesehatan di garis depan menggunakan produk Johnson & Johnson yang sebenarnya masih dalam tahap 'studi implementasi' dengan para peneliti.
Laporan Economic Times ini juga muncul setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyetujui penggunaan vaksin AstraZeneca untuk darurat.