"Mendesak! Poli (politeknik) dalam pertempuran! Butuh banyak orang! Butuh perlengkapan!" demikian isi posting-an di akun LIHKG, forum online yang digunakan oleh massa prodemokrasi, seperti dikutip dari AFP.
Ini merupakan unjuk rasa hari keempat berturut-turut. Gerakan massa, terutama dari kalangan pelajar, semakin masif setelah tewasnya mahasiswa demonstran Alex Chow akibat terjatuh dari gedung parkir. Mahasiswa Universitas Sains dan Teknologi berusia 22 tahun itu meninggal 5 hari setelah dirawat atau pada Jumat pekan lalu.
Jalan-jalan utama dibarikade oleh demonstran menggunakan batu dan bambu, demikian halnya dengan terowongan lintas-pelabuhan. Stasiun metro dan layanan bus juga dihentikan pengoperasiannya.
Sekolah dan universitas juga ditutup. Rumah sakit terpaksa menunda operasi non-darurat karena tenaga medis tak bisa ke tempat kerja akibat tak ada transportasi.
Unjuk rasa di Hong Kong dimulai sejak Juni dipicu upaya pemimpin Carrie Lam untuk menerapkan RUU ekstradisi yang memungkinkan para penjahat di kota itu diadili di China daratan. Setelah beberapa bulan menghadapi tekanan, Lam akhirnya mencabut RUU. Namun hal itu tak membuat massa prodemokrasi mengendurkan aksi turun ke jalan, pasalnya tuntutan mereka telanjur meluas, seperti penyelidikan atas kekerasan yang dilakukan polisi terhadap demonstran serta pemilihan umum untuk menentukan pemimpin Hong Kong.
Hingga Rabu (13/11/2019), hampir 70 orang dirawat di rumah sakit, dua di antranya dalam kondisi kritis, termasuk seorang pria 70 tahun yang dilempar batu saat membersihkan barikade di jalanan.