"Awalnya, dia mengabaikan karena tidak merasa terganggu. Selain itu tanduk bisa dipotong dengan bantuan tukang cukur.
Tapi, ketika benjolan semakin mengeras dan tumbuh agresif, dia mendatangi rumah sakit di Sagar," kata Gajbhiye, dikutip dari MailOnline, Kamis (19/9/2019).
Dia menambahkan, keratin merupakan protein yang sebenarnya bisa dihilangkan menggunakan pisau steril. Namun dia akan terus tumbuh jika akarnya tak diangkat, sama seperti kuku dan rambut.
Yadav harus menghabiskan waktu 10 hari di rumah sakit untuk pemulihan pascaoperasi dan biopsi. Posisi tanduk itu berada di atas tengkorak sehingga cukup berisiko. Selain itu pasien harus melalui beberapa tahapan untuk memperbaiki kulit kepala bekas tempat tanduk tumbuh.
"Perawatan bervariasi, mencakup pembedahan, terapi radiasi, dan kemoterapi. Setelah dicabut, kulit dicangkokkan pada luka yang sekarang sudah sembuh total," ujarnya.
Mengenai penyebab tumbuhnya tanduk, Gajbhiye belum mengetahui. Namun dia yakin bahwa paparan radiasi sinar matahari bisa memicu kondisi tersebut.
Rincian kasus medis yang sangat langka ini telah dikirim ke International Journal of Surgery.