Perjanjian penuh AS-Arab Saudi harus disahkan Senat AS dengan mayoritas dua pertiga, dan ini tidak akan dimulai kecuali Riyadh mengakui Israel.
Perjanjian yang saat ini tengah dibahas akan melibatkan perluasan latihan dan latihan militer bersama untuk mengatasi ancaman regional, terutama dari Iran. Ini akan mendorong kemitraan antara perusahaan pertahanan AS dan Saudi, dengan perlindungan untuk mencegah kolaborasi dengan China.
Selain itu, perjanjian tersebut akan mempromosikan investasi Saudi dalam teknologi canggih, terutama pertahanan pesawat tanpa awak. AS akan meningkatkan kehadirannya di Riyadh melalui pelatihan, logistik, dan dukungan keamanan siber, dan mungkin akan mengerahkan batalion rudal Patriot untuk meningkatkan pertahanan rudal dan pencegahan terpadu.
Namun, itu bukanlah perjanjian pertahanan bersama yang mengikat yang akan mewajibkan pasukan AS untuk melindungi eksportir minyak terbesar di dunia jika terjadi serangan asing.
"Arab Saudi akan mendapatkan kesepakatan keamanan yang akan memungkinkan lebih banyak kerja sama militer dan penjualan senjata AS, tetapi bukan perjanjian pertahanan yang serupa dengan Jepang atau Korea Selatan seperti yang awalnya diinginkan," ucap Kepala Gulf Research Institute, Abdelaziz al-Sagher dalam keterangannya.