Sejak runtuhnya gencatan senjata pada 18 Maret 2025, Israel meningkatkan intensitas serangan ke Gaza. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa perang tidak akan berhenti sampai dua tujuan utama tercapai: menghancurkan Hamas dan memulangkan seluruh sandera Israel.
Kini, Israel menjalankan operasi darat baru bertajuk "Operasi Kereta Perang Gideon" dengan ambisi menguasai 75 persen wilayah Gaza dalam dua bulan. Ini merupakan salah satu langkah paling agresif sejak konflik dimulai.
Pengiriman senjata skala besar oleh AS memicu reaksi beragam dari komunitas internasional. Banyak negara dan organisasi HAM mempertanyakan legitimasi moral dan hukum dari bantuan tersebut, terutama di tengah laporan krisis kemanusiaan di Gaza yang terus memburuk.
Sementara itu, penguatan militer Israel melalui dukungan AS diprediksi akan memperpanjang konflik, memperbesar jumlah korban sipil, dan makin menyulitkan tercapainya solusi diplomatik.