WASHINGTON DC, iNews.id - Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, telah memberi isyarat kepada Israel untuk membatalkan rencana operasi darat di Rafah dan membuat kesepakatan pembebasan tawanan dengan Hamas sesegera mungkin. Jika tidak, Israel akan kehilangan peluang normalisasi hubungan dengan Arab Saudi.
Hal itu terungkap lewat laporan The Times of Israel pada Kamis (2/5/2014), dengan mengutip orang-orang yang mengetahui masalah tersebut. Dikatakan bahwa peluang untuk mencapai kesepakatan normalisasi antara Tel Aviv dan Riyadh sudah semakin dekat. Namun, serangan darat besar-besaran di Rafah mungkin akan menghentikan kesepakatan tersebut sepenuhnya. Pandangan tersebut disampaikan Blinken kepada para pejabat zionis selama kunjungannya ke Israel pada Rabu (1/5/2024) lalu sebagai bagian dari tur menlu AS itu di Timur Tengah.
Awal pekan ini, media melaporkan bahwa Washington DC dan Riyadh mungkin akan menandatangani pakta pertahanan dalam beberapa minggu mendatang. Perjanjian itu antara lain akan mengatur pembentukan hubungan diplomatik antara Arab Saudi dan Israel. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan akan ditawari untuk mengakhiri operasi militer di Jalur Gaza dan bergabung dengan pakta tersebut.
Pada Januari, media melaporkan bahwa Arab Saudi telah melanjutkan negosiasi dengan Amerika Serikat mengenai kesepakatan pertahanan kedua negara. Pembicaraan masalah itu sempat terhenti selama tiga bulan karena gejolak konflik yang terjadi di Timur Tengah.
Amerika Serikat meluncurkan proses normalisasi hubungan antara Israel dan dunia Arab pada 2020. Sebagai hasil dari upaya ini, pada September 2020, Israel, Uni Emirat Arab (UEA), dan Bahrain menandatangani serangkaian dokumen yang dikenal sebagai Abraham Accords. Pada Desember tahun yang sama perjanjian itu diperluas lagi dengan masuknya Maroko.
Berikutnya, pada Januari 2021, Sudan juga menandatangani bagian deklaratif dari Abraham Accords. Namun Khartoum tidak menandatangani dokumen terkait dengan Israel seperti yang dilakukan UEA dan Bahrain atau Maroko. Hal itu dikarenakan adanya perbedaan pendapat antara pimpinan militer dan sipil Sudan mengenai masalah tersebut.
Pada awal Agustus 2023, Washington DC dan Riyadh menyepakati garis besar kesepakatan untuk menormalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Israel.