WASHINGTON DC, iNews.id – Para pejabat Uni Emirat Arab (UEA) dikatakan terkejut saat menerima tagihan dari AS untuk bantuan militer yang mereka terima pascaserangan Houthi di Abu-Dhabi pada awal 2022. Hal itu terungkap lewat laporan outlet berita Axios pada Rabu (10/5/2023), dengan mengutip pejabat dari kedua negara.
Pada 17 Januari 2022, sejumlah pesawat tak berawak dan rudal Houthi menyerang beberapa sasaran di ibu kota UEA, Abu Dhabi. Serangan kala itu juga menyasar lokasi pembangunan bandara baru dan kapal tanker bahan bakar di dekat depot perusahaan minyak ADNOC. Houthi pun mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Tak hanya itu, kelompok yang disokong oleh Iran itu mengancam serangan baru jika UEA melanjutkan operasi militernya di Yaman.
UEA kecewa lantara lemah dan lambatnya respons AS terhadap serangan tersebut. Pada April 2022, Menteri AS Antony Blinken meminta maaf kepada Abu Dhabi atas keterlambatan itu.
Menurut laporan Axios, respons AS yang lemah saat itu dianggap oleh Putra Mahkota UEA, Syekh Mohammed bin Zayed (MBZ), sebagai bukti bahwa Washington DC telah meninggalkan UEA pada saat dibutuhkan.
Setelah serangan itu, pimpinan militer UEA memutuskan untuk mengudarakan pesawat tempur F-16 dan Mirage 2000 sepanjang waktu untuk mendeteksi dan mencegat drone-drone Houthi. Untuk menyelesaikan tugas itu diperlukan bantuan tanker pengisian bahan bakar strategis KC-135 Angkatan Udara AS, yang dikerahkan pada saat itu ke Pangkalan Udara al-Dhafra di Abu Dhabi. Amerika Serikat pun setuju untuk membantu dan akhirnya mengisi bahan bakar jet tempur Emirat beberapa kali.
Masih menurut laporan Axios, tak lama setelah serangan kedua Houthi pada 24 Januari 2022, atase militer di Kedutaan Besar AS tiba untuk bertemu dengan pejabat senior militer UEA. Perwira AS itu lalu menyerahkan tagihan kepada para pejabat UEA atas pengisian bahan bakar jet tempur mereka.