MOSKOW, iNews.id - Pengumuman Presiden Vladimir Putin bahwa Rusia berhasil melakukan uji coba akhir rudal jelajah bertenaga nuklir Burevestnik memicu reaksi keras dan perhatian internasional. Kremlin menegaskan bahwa tidak ada pihak yang bisa melarang Moskow mengembangkan dan menguji senjata demi kepentingan nasionalnya, sekaligus membalas kecaman dari Amerika Serikat.
Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menuturkan Rusia tetap terbuka untuk dialog, namun pada akhirnya setiap negara akan bertindak berdasarkan kepentingan nasionalnya. Menurut Peskov, uji coba tersebut seharusnya tidak memperumit hubungan yang sedang berupaya diperbaiki, sekalipun Washington dan pejabat AS lain mengeluarkan kecaman dan langkah-langkah tidak bersahabat baru-baru ini.
Klaim Rusia: Jangkauan dan Kemampuan Nyaris Tak Terbatas
Kepala Staf Angkatan Bersenjata Rusia Jenderal Valery Gerasimov mengatakan uji coba Burevestnik menempuh jarak sekitar 14.000 kilometer dan berlangsung selama kira-kira 15 jam, angka yang, menurutnya bukan batas maksimum kemampuan sistem itu.
Sementara itu Presiden Putin memuji proyek tersebut sebagai senjata "unik" yang belum bisa ditiru negara lain.
Burevestnik (kode NATO: SSC-X-9 Skyfall) digambarkan oleh Moskow sebagai rudal jelajah bertenaga nuklir mini yang memungkinkan terbang berkepanjangan dan melakukan manuver rute tak tradisional, sehingga mengurangi peluang deteksi dan pencegatan oleh sistem pertahanan udara konvensional.
Spesifikasi teknis yang beredar menyebut jangkauan nyaris tak terbatas, kecepatan subsonik tinggi, dan hulu ledak nuklir strategis. (Rincian teknis dan klaim kemampuan ini dibahas luas dalam laporan pertahanan Barat dan pernyataan Rusia).
Trump Mengecam
Presiden AS Donald Trump mengecam uji coba tersebut, menyerukan agar Putin memprioritaskan penyelesaian perang di Ukraina daripada menguji rudal nuklir. Dia juga mengatakan AS sudah menempatkan aset strategisnya, termasuk kapal selam nuklir, untuk menjaga keseimbangan.
Reaksi Presiden AS ini datang setelah pemberlakuan sanksi baru Washington terhadap dua perusahaan minyak besar Rusia pekan lalu, langkah yang menurut Kremlin memperburuk iklim hubungan bilateral.
Pejabat AS lainnya juga melontarkan kecaman keras; beberapa menuduh tokoh-tokoh tertentu di Moskow sebagai bagian dari propaganda yang memperburuk ketegangan.
Kremlin, pada gilirannya, menuduh Washington mengambil tindakan tidak bersahabat yang mempersulit upaya normalisasi hubungan.