WASHINGTON, iNews.id - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Kamis (15/2/2024), melalui sambungan telepon membahas situasi di Jalur Gaza, Palestina. Biden mengingatkan Netanyahu soal rencana operasi darat ke Rafah.
Menurut Biden, sebagaimana keterangan yang dirilis Gedung Putih, Netanyahu tak seharusnya mengerahkan militer ke Rafah tanpa rencana matang. Tindakan itu hanya akan menimbulkan banyak korban dari warga sipil.
Selain soal Rafah, Biden dan Netanyahu juga berbicara tentang negosiasi pembebasan sandera di Gaza. Dia berjanji terus berupaya selama 24 jam untuk membantu pembebasan sandera Israel. Diperkirakan 130 sandera Israel masih ditahan oleh Hamas dan pejuang Gaza lainnya sejak 7 Oktober. Di antara mereka adalah tentara Zionis.
Percakapan telepon antara kedua pemimpin tersebut merupakan yang kedua kali dalam waktu kurang dari sepekan. Biden terus mengingatkan Netanyahu mengenai risko serangan ke Gaza bagian selatan, terutama Rafah, kota yang kini dihuni sekitar 1,4 juta pengungsi.
Biden pada awal Februari mengatakan, respons militer Israel di Jalur Gaza sudah melampaui batas seraya menyampaikan keprihatinan besar atas meningkatnya korban tewas dari kalangan warga sipil.
Militer Israel pada Kamis kemarin menyerang rumah sakit terbesar yang masih beroperasi di Gaza. Penggerebekan rumah sakit di selatan itu justru berlangsung saat Israel menghadapi tekanan internasional untuk menghindari korban warga sipil Gaza.
Serangan Israel ke Gaza hingga 15 Februari telah menewaskan 28.600 orang, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan. Selain itu sekitar 68.000 lainnya luka.