Setelah mengetahui fakta itu, Muhaiyar sempat bertemu dengan pemilik toko untuk melakukan restorative justice agar mengampuni ibu miskin itu.
Namun, pemilik toko menolak dan kasus dilanjutkan. Muhaiyar akhirnya menjadi pengacara kasus itu dan berhasil meyakinkan hakim untuk membebaskannya.
Hakim kemudian setuju, dengan syarat ibu itu wajib lapor dan berkelakuan baik selama setahun.
"Sebelum dia pergi, kami mengumpulkan sumbangan dari para staf pengadilan, polisi, dan saya sendiri. Kami memberikan uang itu, setelah itu tidak pernah bertemu lagi," ujarnya.
Muhaiyar tidak menyangka, 25 tahun kemudian bertemu dengan anak ibu yang dibantunya. Awalnya dia bertemu seorang pria berusia 30-an yang mengaku sebagai pengacara.
"Halo, tuan. Anda mungkin tidak mengenal saya, tetapi saya adalah anak dari pembersih yang Anda bantu 20 tahun lalu. Masih ingat kasus kotak pensil itu?" kata pria itu kepada Muhaiyar.
Dia menyebut ibunya melihat Muhaiyar di TV dan memberi tahu pernah diselamatkan puluhan tahun lalu.
"Saya mencari Anda dan sangat senang bisa bertemu dengan Anda. Sekarang saya sudah menjadi pengacara yang berpraktik, tuan," kata pria muda itu.
Ahmad Zaharil mengatakan matanya langsung berkaca-kaca dan ia diliputi oleh kebahagiaan. Kedua pria tersebut berpelukan.
"Hampir pingsan saat dia memberi tahu saya siapa dia. Kami kemudian mengunjungi ibunya, yang sekarang berusia 76 tahun," katanya.
Sejak saat itu, mereka menjadi dekat. Muhaiyar menganggap pria muda itu seperti anaknya.