Namun, Badan Energi Atom Internasional (IAEA)—yang berada di bawah naungan PBB—pada pekan ini telah memberi lampu hijau kepada Jepang untuk mulai melepaskan lebih dari 1 juta metrik ton air limbah tersebut. Air itu dulunya digunakan untuk mendinginkan reaktor PLTN Fukushima setelah rusak akibat tsunami 2011.
China memandang sikap IAEA itu tidak sepenuhnya mencerminkan pandangan semua ahli yang terlibat dalam proses penilaian. Beijing juga berpendapat, kesimpulan dalam laporan IAEA tersebut tidak didukung dengan suara bulat oleh para ahli.